Halo Jogja…
Bagaimana kabarmu? bagaimana hari-harimu tanpa aku? Jelas akan baik-baik saja, tidak seperti aku disini yang nelangsa setiap mendengar atau melihat apapun yang mengingatkanku tentang kamu. Setiap hari aku merindukanmu, rindu melewati hari-hari bersama, berbagi cerita yang tak berujung, bahkan terkadang cerita itu tidak logis sehingga aku sulit untuk memahaminya. Hal-hal seperti itulah yang justru sangat aku rindukan. Aku hanya ingin kita kembali bercengkrama seperti kemarin.
Tahukah kamu, jika malam datang aku selalu melihat bintang dan kemudian memejamkan mata seolah aku sedang melihat gugusan bintang bersamamu di ujung selatan, diiringi suara gemuruh ombak. Ingatkah kamu malam itu semesta mendukung kebersamaan kita? Ya, aku rindu malam itu. Malam dimana tatapan hangatmu membuatku tenang, malam dimana erat genggamanmu membuatku merasa aman, dan malam dimana senyummu membuatku merasa kamu adalah hadiah dari Tuhan yang selama ini aku harapkan. Ya, aku rindu saat itu.
Empat bulan sudah aku tidak pernah melihatmu secara langsung, hanya memantau ceritamu lewat media sosial. Kamu semakin berkembang rupanya. Aku sangat senang akan hal itu. Semua kerja kerasmu akhirnya terbayarkan. Aku jadi teringat semua ambisimu di masa depan. Merencanakan masa depan memang hal yang sangat aku sukai terutama jika membahasnya denganmu karena aku seolah berada di masa itu. Ya, terlalu banyak impian yang pernah kita bagi bersama. Maaf, maaf karena aku kemudian pergi. Maaf karena aku menghancurkan rencana itu. Maaf karena saat itu aku terlalu bodoh. Tapi, tahukah kamu selama empat bulan ini aku tersiksa karena semua ingatan itu? aku tersiksa karena rindu yang teramat dalam kepadamu. Aku teringat tentang kata-katamu ketika dahulu aku merasakan hal yang sama dan kamu berusaha menguatkanku.
Aku rindu kamu Jogjaku.. Aku rindu..