Aku,Dito,dan Dia (Baristaku)

Malam ini hujan. Entah sudah berapa kali hujan datang dibulan ini, namun yang pasti setiap hujan datang perasaan Dina remaja berusia 17 tahun yang memiliki hobi berinternet ini menjadi kacau. Bukan galau seperti apa yang sering orang katakan melalui jejaring sosial seperti twitter,facebook,dll. Ini lebih seperti ketakutan yang seakan datang setiap hujan turun. Dina memang takut dengan hujan,bukan karena takut air,petir atau apapun yang berhubungan dengan hujan tetapi ia takut karena setiap hujan turun ia selalu sendiri dirumahnya atau lebih pantas disebut kost-kostan. Sejak duduk dibangku SMA ia sudah dibiasakan mandiri oleh kedua orangtuanya yang memang super sibuk.

Dikamar yang berukuran 4×4 dengan dinding berwarna putih gading,dengan corak sederhana seakan menjadi saksi betapa takut dan kesepiannya gadis itu. Hujan kali ini memang cukup deras dan lebih lama dari biasanya. Untuk mengusir rasa takutnya ia berinisiatif untuk memanggil temannya yang berada disebelah kamarnya. Tetapi sayang, keberuntungan belum menghinggapinya. Listrik tiba-tiba padam karena hubungan arus pendek listrik disalah satu kamar. Dina seolah ingin menjerit sekencang-kencangnya tetapi ia sadar bahwa saat itu jam sudah mengarah pada angka 11 dan sebagai gantinya ia memilih untuk tidur diranjang dengan selimut menutupi semua tubuhnya.

***
Pukul 05.00
Jam waker yang disetel setiap pukul 5.00 itu berbunyi dan berdering sehingga menghasilkan suara yang cukup keras lalu cukup kuat untuk masuk ke rongga telinga Dina.
Dengan setengah sadar ia melirik ke jam itu dan sedikit demi sedikit beranjak dari kasurnya yang seolah menarik ia kembali untuk tidur.
Pukul 06.30
Jam sibuk! begitulah orang-orang menyebutnya namun didalam kamus Dina tidak ada jam yang dapat bekerja, menurutnya orang-orang hanya mensugesti dirinya masing-masing bahwa jam lah yang menetukan segalanya. Dina mulai menggoes sepeda berwarna biru dengan keranjang didepannya. Ia begitu yakin dengan setiap alunan kaki yang ia gerakan. Ia memang begitu selalu menjadi dirinya sendiri diantara yang lainnya.
Pukul 07.55
Dina memarkirkan sepeda kebanggaanya itu di tempat parkir khusus sepeda yang memang disediakan oleh sekolahnya. Dina begitu serius memarkirkan jagoannya itu seakan sepeda itu harus memiliki tempat senyaman surga.
“Din..” suara yang tak asing ditelinganya
“hei. Kok baru datang? komplekmu kan dibelakang sekolah?” balasnya panjang.
“iya,tadi aku bangun kesiangan. Loh, matamu kenapa? kayak panda hahha” ledek Dito
“iya semalam tidurku gak puas” balas Dina yang berusaha menyembunyikan pengalaman buruknya semalam.
“wes yuk masuk kelas” ajak Dito
“iya,iya” jawabnya dengan sedikit senyuman.
Dito adalah sahabat Dina disekolah, nama lengkapnya  adalah Dito Sudibyo Pamungkas ia seorang anak Jendral dan ia merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara. Sesuai nama akhirnya Pamungkas. Ia lumayan menarik tapi Dina tidak pernah tertarik sama sekali dengan Dito karena ia telah mengetahui sifat-sifat Dito yang membuat para perempuan illfeel namun namanya sahabat semua pasti dimaklumi.
Pukul 07.10
Hari ini kelas Dina akan diadakan ulangan KIMIA. pelajaran yang tidak begitu disukai oleh Dina bukan karena gurunya tetapi lebih kepada nilainya yang tak kunjung membaik setiap ulangan.
“ya Tuhan semoga ini menjadi hariku” ucapnya dalam hati
kertas ulangan sudah mulai dibagikan. Jantung Dina sedari tadi berdegup kencang seakan menandakan kalau ia belum siap untuk ulangan kali ini. Soal-soal kali ini tidak begitu sulit hanya mencari PH dan menyetarakan reaksi hal-hal yang biasa dikimia. Untuk ulangan kali ini Dina cukup aman karena hasil nilainya melebihi kkm yang sudah ditentukan yaitu 75.
“din.. kamu mau pulang ya?” tanya Dito
“iyalah masa iya mau nginep di sekolah!”
“boleh ngomong gak Din?” tanya Dito
Dina hanya terdiam, ia takut apa yang dikatakan teman-teman sekelasnya menjadi kenyataan kalau Dito akan menyatakan cinta kepadanya karena sudah sebulan ini Dito sering mengirimkan puisi cinta yang penuh dengan majas metafora,dan hiperbola itu ke redaksi majalah sekolah dan ditempel di mading,dan yang teman-temannya tahu perempuan yang selama ini dekat dengan Dito adalah Dina.
“hmm.. gue mau buru-buru pulang dit,gue duluan ya” ucap Dina sambil bergegas pergi meninggalkan Dito.
***
♫ James Morrison – You Give Me Something *
Dengan headset terpasang ditelinga suara lembut James Morrison mengalun indah diiringi dingininya malam yang menemani kesendirian Dina.
“apa iya Dito suka sama aku? tapi masa iya,katanya dia gak suka sama cewe yang gak pernah merhatiin penampilan kaya aku,cewek selebor kaya aku dan cewek … ah sudahlah” guram Dina
Sudah 3 hari ini Dina menjauhi Dito, ia sengaja menghindar agar semua yang disampaikan teman-temannya tidak terjadi. Tapi itu semua membuat Dito geram ia mendatangi Dina dan memaksa untuk berbicara padanya.
“kamu kenapa sih Din akhir-akhir ini aneh banget?”
“gak papa Dit, oiya kata anak-anak kamu suka sama aku ya? emang bener? kok bisa?” tanya Dina polos
“huss.. ngawur kamu, ya enggak lah aku itu justru mau minta bantuan kamu Din!”
“bantu apa?”
“aku suka sama ade kelas kita yang namanya Via dia ada di kelas X-3 dan aku pengen ngungkapin semuanya ke dia soalnya aku udah lumayan lama pdkt sama dia. Menurut kamu gimana din?
Dina hanya terdiam kaku mendengar kalimat panjang yang diucapkan dito,ia seakan disambar petir karena pertanyaannya yang terkesan percaya diri itu ternyata berbeda dari kenyataan.
“din.. din..”
“eh iya dit”
“kok kamu bengong? aku harus gimana dong?”
“ya kamu bilang aja ke dia kalo kamu suka sama dia. simple kan?”
“ok besok aku akan katakan semuanya.”
Dina hanya menggerakkan sedikit bibirnya berusaha melempar senyum tetapi terasa berat.
Sejak kejadian itu Dina jarang sekali menyapa Dito, ia seakan kehilangan sahabatnya yang dekat dengannya. Entah tiba-tiba Dina merasa kalau Dito sudah bukan sahabatnya lagi
***
Tiga Bulan berlalu dan semesteran yang menjadi akhir dari penantian panjang Dina sudah berlalu itu berarti Dina akan pulang ke Solo tempat ayah dan ibunya menetap walaupun itu bukan rumah sebenarnya. Dina dan keluarga biasa tinggal di Tangerang namun karena alasan pekerjaan sementara keluarga mereka pindah ke Solo. Hari-hari sunyi tak lagi dirasakan oleh Dina suara hujan seakan tak terdengar karena kehangatan keluarga yang berada disisinya. Namun ada satu hal yang sedari tadi mengganjal dihati Dina. Ia masih saja memikirkan sahabatnya Dito, seakan mereka memiliki ikatan batin sehingga saling bisa merasakan apa yang sedang sahabatnya rasakan. Namun sebagai remaja perempuan normal, Dina merasa gengsi untuk sekedar mengirim pesan singkat atau bbm kepada Dito. Ia merasa tidak yakin kalau-kalau Dito akan membalasnya,karena saat ini Dito sedang merasakan manisnya kisah cinta SMA. Tidak seperti Dina yang seolah terjebak dengan kehidupan suram masa SMA.
Disebuah kedai kopi yang terletak disekitar Jl. Mayor Sunaryo atau yang lebih terkenal dengan wisata kuliner malamnya yang khas dengan hirup likuk kota Solo dimalam hari seakan menjadi hiburan tersendiri untuk Dina yang selalu sendiri dihari-hari biasa. Lalu lalang kendaraan disana sangat ramai, maklum ini merupakan liburan sekolah sekaligus liburan natal dan tahun baru jadi banyak turis asing yang juga ikut meramaikan tempat ini. Disana Dina duduk manis ditempat duduk yang cukup nyaman dan posisinya sangat tepat karena tidak terlalu terlihat dari jalan.
Dina duduk dengan lamunan biasanya yang sudah biasa ditebak oleh sahabatnya Dito.
“pesen apa mbak?”
suara itu memecah lamunan Dina.
“kopi mas” jawab Dina singkat
“kopi manis apa kopi pahit? atau kopinya anak muda mbak?”
“kopi pahit aja mas soalnya lagi gak suka embel-embel pemanis” jawab Dina cetus
“oh oke mba”
suara penjual kopi itu begitu hangat ditelinga Dina,suaranya seperti penyiar radio yang biasa bercuap-cuap didepan microphone.
“ini mba kopi pahit spesial tanpa embel-embel pemanis,tapi ini saya bawakan gula mba siapa tau mau berubah fikiran”
“terima kasih mas” ucap Dina kepada pelayan itu dan untuk pertama kalinya Dina menatap laki-laki yang cukup keren untuk ukuran remaja saat ini dan tampang yang terlihat seperti masih berusia 18-20 tahun.
“mas, mas kayaknya bukan penjual asli disini ya?” tanya Dina
“iya saya cuma part time yah itung-itung mengisi liburan yang menjenuhkan dirumah.”
“oh gitu” balas Dina puas setelah pertanyaan dalam batinnya sudah terjawab.
“kenalin saya Arya” ucap laki-laki itu sambil mengulurkan tangan kepada Dina
“saya Dina”
“punya akun twitter mbak?” tanya laki-laki itu
“hah?”
“kalo punya nanti saya follow mbak, lumayan loh nambah follower”
“oh iya haha aku punya”
“opo mba nanti biar aku follow”
Dina menuliskan username twitternya untuk orang yang baru ia lihat dan baru ia kenal itu.
“oiya sudah jam dua aku lagian udah dijemput tuh, aku pulang dulu ya,makasih untuk semuanya” ucap Dina yang terburu-buru karena sudah dijemput ayah dan ibunya
“sama-sama mbak,senang bertemu mbak” balas laki-laki itu.
Disepanjang jalan menuju rumah yang berada di daerah Palur lampu-lampu jalanan nan indah seakan menambah kebahagiaan Dina bertemu teman barunya sekaligus follower barunya didunia maya itu.
“A R Y A…” ucap Dina
“siapa din?” tanya ibu Dina
“ah enggak bu cuma ngelamun tadi hehe” jawab Dina malu
***
to be continued

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s